Proses awal munculnya AgamaBuddha
Buddha sebenarnya bukan nama orang, melainkan sebutan untuk menamakan orang
yang telah mencapai bodhi. Arti bodhi itu sendiri adalah orang yang telah
mendapat wahyu dan karena itu sadar akan makna hidupnya dan terbuka nyata
jalannya untuk melepaskan diri dari kekangan karma. Adapun Budha yang kita
kenal dari sejarah sebagai orang yang mendirikan Agama Budha.
Menurut tradisi Budha tokoh historis Siddhartha Gautama dilahirkan dari Sakya
pada awal masa Magadha ( 546-324 SM), sebuah kota, selatan pegunungan Himalaya
yang bernama Lumbini. Sekarang kota ini terletak di Nepal sebelah
selatan.
Ayahnya
adalah raja Kapilavastu dan ibunya bernama Maya. Dari beberapa ahli nujum
sang raja mengetahui bahwa Siddhartha kelak akan menjadi penguasa dunia, tetapi
sebagai salah satu di anatara dua yaitu cakrawartin ( raja besar ) atau
Budha. Sudhodana segera mengadakan segala macam persiapan untuk
menghalang-halangi jangan sampai kemungkinan kedua itu terjadi, oleh karena
siddharta calon penggantinya di atas takhta kerajaan. Siddhartha dikurung dalam
istana yang luar biasa indahnya dan yang diperlengkapi dengan segala kemewahan
yang mungkin timbul dalam pikiran manusia. Hamba-hambanya pun semuanya orang
pilihan yaitu sehat, elok, riang, mewah, dan sebagainya. Pendek kata siddhartha
jiga agar tidak mengenal susah atau sangsara, siddhartha diberi kesan bahwa
hidup adalah suatu kenikmatan.
Namun demikian, Siddhartha bukannya terpikat melainkan lama-lama menjadi jemu
dari keduniawian itu. Maka terjadilah empat macam peristiwa, yang akhirnya
memberi keputusan kepadanya jalan mana yang ia harus tempuh, yaitu ia melihat
orang tua, ia melihat orang sakit, ia melihat mayat dan ia berjumpa seorang
pendeta. Dapat diketahuinya, bahwa tua, sakit, dan mati adalah hal-hal yang tak
terelakkan oleh masnusia, padahal semua itu adalah penderitaan. Maka pendeta
itulah, yang dengan hati suci dan jiwa tenang telah berada di atas segala
penderitaan, yang diambilnya sebagai contoh untuk diikuti jalan hidupnya.
Siddhartha
meninggalkan istana beserta segala kemewahannya, pula isteri dan anaknya, ia
memutuskan segala tali yang mengikatnya kepada keduniawian, ia melarikan diri
ke alam kesunyian ( mahabhiniskramana = pelarian mulia ). Kini ia menempuh
jalan yang sulit, mengembara sebagai pendeta ( maka ia mendapat sebutan Sakyamuni
atau pendeta dari keluarga Sakya ) untuk mancari apa yang tak ada padanya,
yaitu Pengetahuan Sejati akan makna hidup. Berbagai guru ia datangi, bernbagi
ilmu ia pelajari, berbagai cara hidup bertapa ia jalani sampai 6 tahun lamanya,
tetapi tidak pula ia mendapat keputusan. Yang ia cari belum ia peroleh juga.
Tibalah ia di
desa Gaya, dan ia duduk bersamedi di bawah pohon beringin yang nantinya
di namakan pohon bodhi. Disini ia mengalami serangan-serangan dan godaan-godaan
yang sehebat-hebatnya dari raja syaitan yang bernama Mara, usahnya menggalkan
tapa Sakyamuni akhirnya tak berhasil. Pada malam bulan purnama bulan Waicakha (
april-mei ) mencapailah siddhartha apa yang ia cita-citakan, yaitu bodhi atau
kebangunan, kesadaran ( juga disebut samyak-sambodhi atau kesadaran yang
sempurna )yaitu pada taraf pertama ia dapat mengetahui segala apa yang sudah
lampau, pun penjelmaan-penjelmaan dirinya sebelum ia dilahirkan menjadi
Siddhartha; pada taraf kedua ia dapat menegtahui segalah kejadian yang sedang berlangsung,
akhirnya pada taraf ketiga, menjelang tengah malam, ia dapat mengatui sebab
yang sebenarnya dari penderitaan dan bagaimana cara menindasnya. Kini ia
menjadi Budha
Seminggu
lamanya ia menikmati kelepasan dari samsara, ia masuk nirwana dan beberapa
minggu lagi ia merenungkan apa artinya yang telah ia capai itu sementara itu
kegembiraannya bercampur kesedihan. Ia teringat akan nasib umat masnusia,
betapa kerasnya hatinya dan betapa rapatnya telinganya. Ia bimbang dan
bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah ia akan menyiarkan cahaya yang telah
menerangi dirinya itu dengan tidak memadamkan nyalanya, apakah ia akan
menyebarkannya dengan tidak menguranginya.
Akhirnya, iba
hatinya terhadap umat manusia yang masih ada dalam kegelapan, memberi keputusan
untuk menyebarkan juga ajarannya. Wejangan pertama ia berikan dalam Taman Rusa
di desa Sarnath dekat Banaras. Saat ini dikiaskan sebagi dimulainya pemutaran
roda dharma, dan karena itu disebut dharmacakraprawartana.
Untuk 45 tahun
selanjutnya, ia menelusuri dataran Gangga ditengah India (daerah mengalirnya
sungai gangga dan anak-anaknya). Sembari menyebarkan ajarannya kepada sejumlah
orang yang berbeda-beda. Keengganan sang Budha untuk mengangkat seorang penerus
atau meresmikan ajarannya mengakibatkan munculnya banyak aliran dalm 400 tahun
selanjutnya : pertama-tama aliran-aliran mazhab Budha Nikaya, yang sekarang
hanya masih tersisah Theravada, kemudian terbentuknya mazhab Manayana, sebuah
gerakan pan-budha yang didasarkan pada penerimaan kitab-kitab baru. Sebelum di
sebarkan dibawah perlindungan maharaja Asoka pada abad ke-3 SM,
agama Buddha kelihatannya hanya sebuah fenomena kecil, dan sejarah
peristiwa-peristiwa yang membentuk agama ini tidaklah banyak tercatat.
Konsili Buddha
pertama diadakan tidak lama setelah sang Buddha wafat dibawah perlindungan Raja
Ajatsatru dari kekaisaran Magadha. Dan dikepalai oleh seorang rahib yang
bernama Mahakasyapa di Rajagrha (sekarang disebut Rajgir). Tujuan konsisli ini
adalah untuk menetapkan kutipan-kutipan sang Buddha dan menggabungkan
hukum-hukum monastik ( yinaya ).
Konsili Buddha
kedua diadakan oleh raja Kalasoka di Vaisali, mengikuti konflik-konflik antara
mahzab tradisionalis dan gerakan–gerakan yang lebih liberal dan menyebut diri
mereka sendri kaum Mahasanghika.
Periode ini
menandai penyebaran agama Buddha diluar India. Menurut prasati dan pilar yang
ditinggalkan Asoka (piagam-piagam Asoka), utusan dikirimkan ke berbagai negara
untuj menyebarkan agama Budha, sampai sejauh kerajaan-kerajaan yunani di Barat
dan terutama kerajaan Bakria-Yunani yang merupakan wilayah tetangga.
Kemungkinan besar mereka juga sampai kelaut tengah. (asia selatan,
tanpa tahun : 80-83)
Maharaja
Asoka memprakarsai konsili Budha ketiga sekitar tahun 250 SM di Patiliputra. Konsili
ini dipimpin oleh Rahib Moggaliputra. Tujuan konsili ini untuk rekonsiliasi
mahzab-mahzab Budha yang berbeda-beda, memurnikan gerakan Budha, terutama dari
faksi-faksi opurtunistik yang tertarik dengan perlindungan kerajaan dan
organisasi pengiriman misionaris-misionaris Budha ke dunia yang dikenal.
Kanonpali (tipitaka) secara harfiah berarti “Tiga Keranjang” yang memuat
teks-teks rujukan tradisional Budha dan dianggap diturunkan langsung dari sang
Budha, diresmikan penggunaannya saat itu. Tipitak itu dari doktrin, peraturan
monastik dan ditambah dengan kumpulam filsafat. (Nurliana, 2006 : 8)
Ajaran Budha
Inti ajaran Budha untuk melepaskan manusia dari samsara itu tersimpul didalam 4
dasar:
1. Lahir, menjadi
tua, sakit dan meninggal itu adalah penderitaan.
2. Apakah yang
menyebabkan penderitaan itu ? penderitaan itu disebabkan oleh hawa nafsu, nafsu
manusia untuk hidup, dan mencari kesenangan.
3. Dapatkah
penderitaan itu dihindarkan ? penderitaan akan hilang jika semua nafsu itu
dapat dihilangkan.
4. Bagaimana
jalannya untuk melenyapkan penderitaan itu ? Hal ini dapat dicapai dengan
menjalani delapan jalan tengah yang diajarkan oleh Budha, yaitu :
1. Mempunyai
pandangan yang benar
2. Mempunyai niat
yang benar
3. Berbicara benar
4. Berbuat benar
5. Mempunyai
penghidupan yang benar
6. Berusaha benar
7. Mempunyai
perhatian yang benar
8. Memusatkan
pikiran dengan benar
Mulai dari
Benares Budha mengembangkan ajarannya, masuk desa keluar desa diiringi oleh
murd-muridnya. Daerah yang terbanyak didatanginya adalah Magadha dan datarn
sungai Gangga. Ajaran Budha mendapatkan reaksi-reaksi yang hebat dari kaum
Brahmana, karena Budha menyangkali adanya kasta dalam ajaran masyarakat agama
Hindu. Budha sendiri tidak bermaksud mendirikan mahzab yang baru, ia
hanya ingin menunjukan jalan untuk menuj Moksya(keselamatan). Sesudah ia
meninggal dunia para pengikutnya meluaskan ajarannya itu ke Ceylon, Birma, Siam,
Indo-Cina dan juga sampai ke Indonesia. Penganut ajaran ini tidak boleh
membunuh, tidak boleh mencuri, tidak boleh minum-minuman keras, tidak boleh
berdusta, harus menaruh belasan kasihan terhadap sesama mahluk. Para ulamanya
mencari makan dengan mengemis, harus makan sehari sekali, pada malam hari harus
tidur dilantai, kadang-kadang harus berpuasa dan mengheningkan cipta.
Ajaran Budha
tak ada yang menyebut-nyebut nama Tuhan. Akan tetapi dewasa inilah ini kita
lihat bahwa aliran inipun telah mempunyai Dewa-Dewa. Aliran yang tetap memegang
ajaran Budha yang asli disebut oleh pihak lawannya Hinayana. Artinya: kendaraan kecil yang menyatakan bahwa hanya
sedikit sekali orang yang dapat mencapai Nirwana,
jika mereka berpegang pada pendirian tersebut. pihak lawan ini disebut Mahayana artinya: kendaraan besar.
Aliran Mahayana ini percaya akan Dewa-dewa yang berkat pertolongan mereka bisa
mencapai puncak Nirwana. Pengikut Budha di India dewasa ini hanya sejumlah yang
kecil saja. Hal ini disebabkan oleh para penganutnya-penganutnya banyak
melalaikan ajaran agama Budha itu sendiri. Banyak raja-raja India yang
melindungi ajaran agama Budha sejak dahulu. Bihara-bihara dibanjiri
anugerah-anugerah yang berharga. Ulama-ulamanya banyak yang tidak memperdulikan
lagi akan peraturan-peraturan yang diadakan oleh Budha, lalu hidup dalam
kesenangan. Mereka lupa akan kewajiban, dan tidak berapa kemudian keadaan itu
sama pula dengan halnya kaum Brahmana yang hanya mengingat kepentingan sendiri
dan golongannya.
Di
daerah-daerah sebelah timur anak benua Hindia (sekarang myanmar), budaya banyak
mempengaruhi suku bangsa Mon. Dikatakan suku Mon mulai masuk agama Budha
sekitar tahun 200 SM berkat dakwah maharaja Asoka dari India, sebelum
perpecahan antara aliran Mahayana dan Hinayana. Candi-candi Budha Mon awal,
seperti Peikthano di Myanmar, ditarikh berasal dari abad pertama sampai abad ke
5 M, seni Budha suku Mon terutama dipengaruhi seni India kaum Gupta dan periode
pasca Gupta. Gaya manneris mereka menyebar di Asia Tenggara mengikuti ekspansi
kerajaan Mon antara abad ke-5 dan abad ke-8. Aliran Theravada meluas dibagian
utara Asia Tenggara dibawah pengaruh Mon, sampai diganti bertahap dengan aliran
Mahayana sejak abad ke-6.
Kerajaan mon
antara abad ke-5 dan abad ke-8 aliran Theravada meluas di bagian utara asia
tenggara di bawah pengaruh mon.sampai diganti bertahap dengan aliran Mahayana
sejak abad ke-6
Agama budha
konon di bawa ke sri lanka oleh putra asoka mahinda dan 6 kawannya semasa abad
ke-2 SM, mereka berhasil menarik raja Devanampiva Tissa dan banyak anggota
bangsawan masuk agama Buddha. Inilah waktunya kapan wihara mahavihara ,pusat
aliran ortodoks singhala di bangun.konon pali mulai di tulis di sri lanka
ditulis semasa kekuasaan raja vittagami(memerintah 29-17 sm) dan tradisi
Theravada berkembang di sana. Beberapa komentator agama budha juga bermukim di
sana seperti buddhaghosa (abad ke-4 sampai ke-5)
Raja baktria
yunani Demetrius I dari baktria,menginvasi india pada tahun 180 sm dan sampai
sejauh pataliputra,kemudian sebuah kerajaan yunani-india didirikan yang akan
lestari di india bagian utara sampai akhir abad pertama sm.agama budha
berkembang di bawah naungan raja-raja yunani ,dan pernah di utarakan bahwa
maksud mereka menginvasi India adalah untuk menunjukan dukungan mereka terhadap
murya dan melindungi para penganut budha dari penindasan kaum sungga(185-73 SM
)
Salah satu raja
yunani-india yang termasyur adalah raja menander I (yang berkuasa dari fositif
atau negatif 160-135 SM).kelihatanya beliau masuk agama budha yang di gambarkan
dalam tradisi Mahayana sebagai salah satu sponsor agama ini,sama dengan
maharaja asoka atau seorang raja kushan dari masa yang akan datang .raja
kaniska koin-koin menander memuat tulisan”raja penyelamat”dalam bahasa
yunani,dan “maharaja darma”dalam aksara kharosti,pertukaran budaya langsung di
tunjukan dalam dialog milinda panha antara raja yunani menander I dan sang
biksu nagasena pada sekitar tahun 160 SM.setelah mangkatnya .maka demi menghormatinya
abu pembakaranya diklaim oleh kota –kota yang dikuasai dan di taruh stupa stupa
tempat pemujaanya ,mirip dengan sang budha Gautama. (Asia selatan, tanpa tahun
: 83-87)
Berkembangnya
aliran Mahayana (abad pertama sampai abad ke-2)
Berkembangnya agama budha Mahayana dari abad ke 1 SM di iringi dengan perubahan
kompleks politik di india barat laut.kerajaan-kerajaan
yunani-india ini secara bertahap dapat dikalahkan dan diisimilasi oleh kaum
nomad indo-eropa yang
berasal dari asia tengah, yaitu kaum
schtia india lalu kaum
yuenzi yang mendirikan kekaisaran dari kira-kira tahun 12 SM kaum kushan
menunjang agama budha dan konsili ke empat budha yang kemudian di buka oleh
maharaja kaniskha.pada kira-kira tahun 100 masehi di jalanhar atau Kashmir,peristiwa
ini sering kali di asosiasikan dengan munculnya aliran aliran Mahayana secara
resmi dan pecahnya aliran ini dengan aliran Theravada .mashab Theravada tidak
mengakui keabsahan konsili ini dan sering kali menyebutnya konsili rahib bidaah
dari saat itu dan dalam kurun waktu beberapa abad Mahayana berkembang dan
menyebar kea rah timur ,dari india ke asia tenggara,lalu juga ke utara asia
tengah ,tiongkok,korea,dan akhirnya jepang pada tahun 538. (asia
selatan, tanpa tahun : 87)
Kelahiran
kembali Theravada (abad ke-11 sampai sekarang)
Mulai abad ke-11 hancurnya agama budha di anak benua india oleh serbuan islam
menyebabkan kemunduran ajaran Mahayana di asia tenggara.rute daratan melalui
anak benua india menjadi bahaya .maka arah perjalanan laut langsung diarahkan
melalui timur tengah sri lanka dan ke cina,yang menyebabkan di peluknya aliran
Theravada palikanon,lalu di perkenalkan di daerah di sekitar .sekitar abad
ke-11 dari srilanka. Raja anawrahta (1044-1077) pendiri serah kekaisaran birma
,mempersatukan negara dan memeluk aliran Theravada,dan memulai membangun ribuan
candi pagan di ibu kota diantara abad ke -11 dan abad ke-13 . sekitar
2000 di antaranya masih berdiri,kekuasaan orang birma surut dengan kenaikan
orang thai.dan dengan di taklukkanya ibu kota pagan oleh orang Mongolia pada
1287 ,tetapi aliran budha Theravada masih merupakan kepercayaan utama rakyat
Myanmar sampai hari ini.
Kepercayaan Theravada juga di peluk oleh kerajaan etnik thai sukhothai sekitar
1260,Theravada lebih jauh menjadi kuat selama masa Ayutthaya (abad ke -14
sampai abad ke-18). Menjadi bagian integral masyarakat thai di daratan asia
tenggara,Theravada terus berkembang hingga ke laos dan kamboja sekitar abad
ke-13,tetapi mulai abad ke-14 di daerah ujung pesisir dan kepulauan asia
tenggara,ternyata pengaruh islam lebih kuat,menyebar ke Malaysia,Indonesia,dan
kebanyakan pulau hingga keselatan filifina. (asia selatan, tanpa tahun : 88)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar