Blogger Widgets
Happy Cute Box Dog

Kamis, 15 Mei 2014

Proses Awal Munculnya Agama Buddha

Proses awal munculnya AgamaBuddha

            Buddha sebenarnya bukan nama orang, melainkan sebutan untuk menamakan orang yang telah mencapai bodhi. Arti bodhi itu sendiri  adalah orang yang telah mendapat wahyu dan karena itu sadar akan makna hidupnya dan terbuka nyata jalannya untuk melepaskan diri dari kekangan karma. Adapun Budha yang kita kenal dari sejarah sebagai orang yang mendirikan Agama Budha.


            Menurut tradisi Budha tokoh historis Siddhartha Gautama dilahirkan dari Sakya pada awal masa Magadha ( 546-324 SM), sebuah kota, selatan pegunungan Himalaya yang bernama Lumbini. Sekarang  kota ini terletak di Nepal sebelah selatan.
 Ayahnya adalah raja Kapilavastu  dan ibunya bernama Maya. Dari beberapa ahli nujum sang raja mengetahui bahwa Siddhartha kelak akan menjadi penguasa dunia, tetapi sebagai salah satu di anatara dua yaitu cakrawartin  ( raja besar ) atau Budha. Sudhodana segera mengadakan segala macam persiapan untuk menghalang-halangi jangan sampai kemungkinan kedua itu terjadi, oleh karena siddharta calon penggantinya di atas takhta kerajaan. Siddhartha dikurung dalam istana yang luar biasa indahnya dan yang diperlengkapi dengan segala kemewahan yang mungkin timbul dalam pikiran manusia. Hamba-hambanya pun semuanya orang pilihan yaitu sehat, elok, riang, mewah, dan sebagainya. Pendek kata siddhartha jiga agar tidak mengenal susah atau sangsara, siddhartha diberi kesan bahwa hidup adalah suatu kenikmatan. 

            Namun demikian, Siddhartha bukannya terpikat melainkan lama-lama menjadi jemu dari keduniawian itu. Maka terjadilah empat macam peristiwa, yang akhirnya memberi keputusan kepadanya jalan mana yang ia harus tempuh, yaitu ia melihat orang tua, ia melihat orang sakit, ia melihat mayat dan ia berjumpa seorang pendeta. Dapat diketahuinya, bahwa tua, sakit, dan mati adalah hal-hal yang tak terelakkan oleh masnusia, padahal semua itu adalah penderitaan. Maka pendeta itulah, yang dengan hati suci dan jiwa tenang  telah berada di atas segala penderitaan, yang diambilnya sebagai contoh untuk diikuti jalan hidupnya. 

Siddhartha  meninggalkan istana beserta segala kemewahannya, pula isteri dan anaknya, ia memutuskan segala tali yang mengikatnya kepada keduniawian, ia melarikan diri ke alam kesunyian ( mahabhiniskramana = pelarian mulia ). Kini ia menempuh jalan yang sulit, mengembara sebagai pendeta ( maka ia mendapat sebutan Sakyamuni atau pendeta dari keluarga Sakya ) untuk mancari apa yang tak ada padanya, yaitu Pengetahuan Sejati akan makna hidup. Berbagai guru ia datangi, bernbagi ilmu ia pelajari, berbagai cara hidup bertapa ia jalani sampai 6 tahun lamanya, tetapi tidak pula ia mendapat keputusan. Yang ia cari belum ia peroleh juga.

Tibalah ia di desa Gaya, dan ia duduk bersamedi di bawah pohon beringin  yang nantinya di namakan pohon bodhi. Disini ia mengalami serangan-serangan dan godaan-godaan yang sehebat-hebatnya dari raja syaitan yang bernama Mara, usahnya menggalkan tapa Sakyamuni akhirnya tak berhasil. Pada malam bulan purnama bulan Waicakha ( april-mei ) mencapailah siddhartha apa yang ia cita-citakan, yaitu bodhi atau kebangunan, kesadaran ( juga disebut samyak-sambodhi atau kesadaran yang sempurna )yaitu pada taraf pertama ia dapat mengetahui segala apa yang sudah lampau, pun penjelmaan-penjelmaan dirinya sebelum ia dilahirkan menjadi Siddhartha; pada taraf kedua ia dapat menegtahui segalah kejadian yang sedang berlangsung, akhirnya pada taraf ketiga, menjelang tengah malam, ia dapat mengatui sebab yang sebenarnya dari penderitaan dan bagaimana cara menindasnya. Kini ia menjadi Budha

Seminggu lamanya ia menikmati kelepasan dari samsara, ia masuk nirwana dan beberapa minggu lagi ia merenungkan apa artinya yang telah ia capai itu sementara itu kegembiraannya bercampur kesedihan. Ia teringat akan nasib umat masnusia, betapa kerasnya hatinya dan betapa rapatnya telinganya. Ia bimbang dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah ia akan menyiarkan cahaya yang telah menerangi dirinya itu dengan tidak memadamkan nyalanya, apakah ia akan menyebarkannya dengan tidak menguranginya.

Akhirnya, iba hatinya terhadap umat manusia yang masih ada dalam kegelapan, memberi keputusan untuk menyebarkan juga ajarannya. Wejangan pertama ia berikan dalam Taman Rusa di desa Sarnath dekat Banaras. Saat ini dikiaskan sebagi dimulainya pemutaran roda dharma, dan karena itu disebut dharmacakraprawartana. 

Untuk 45 tahun selanjutnya, ia menelusuri dataran Gangga ditengah India (daerah mengalirnya sungai gangga dan anak-anaknya). Sembari menyebarkan ajarannya kepada sejumlah orang yang berbeda-beda. Keengganan sang Budha untuk mengangkat seorang penerus atau meresmikan ajarannya mengakibatkan munculnya banyak aliran dalm 400 tahun selanjutnya : pertama-tama aliran-aliran mazhab Budha Nikaya, yang sekarang hanya masih tersisah Theravada, kemudian terbentuknya mazhab Manayana, sebuah gerakan pan-budha yang didasarkan pada penerimaan kitab-kitab baru. Sebelum di sebarkan dibawah perlindungan   maharaja Asoka pada abad ke-3 SM, agama Buddha kelihatannya hanya sebuah fenomena kecil, dan sejarah peristiwa-peristiwa yang membentuk agama ini tidaklah banyak tercatat. 

Konsili Buddha pertama diadakan tidak lama setelah sang Buddha wafat dibawah perlindungan Raja Ajatsatru dari kekaisaran Magadha. Dan dikepalai oleh seorang rahib yang bernama Mahakasyapa di Rajagrha (sekarang disebut Rajgir). Tujuan konsisli ini adalah untuk menetapkan kutipan-kutipan sang Buddha dan menggabungkan hukum-hukum monastik ( yinaya ).

Konsili Buddha kedua diadakan oleh raja Kalasoka di Vaisali, mengikuti konflik-konflik antara mahzab tradisionalis dan gerakan–gerakan yang lebih liberal dan menyebut diri mereka sendri kaum Mahasanghika. 

Periode ini menandai penyebaran agama Buddha diluar India. Menurut prasati dan pilar yang ditinggalkan Asoka (piagam-piagam Asoka), utusan dikirimkan ke berbagai negara untuj menyebarkan agama Budha, sampai sejauh kerajaan-kerajaan yunani di Barat dan terutama kerajaan Bakria-Yunani yang merupakan wilayah tetangga. Kemungkinan besar mereka juga sampai kelaut tengah. (asia selatan, tanpa tahun : 80-83)

Maharaja Asoka memprakarsai konsili Budha ketiga sekitar tahun 250 SM di Patiliputra. Konsili ini dipimpin oleh Rahib Moggaliputra. Tujuan konsili ini untuk rekonsiliasi mahzab-mahzab Budha yang berbeda-beda, memurnikan gerakan Budha, terutama dari faksi-faksi opurtunistik yang tertarik dengan perlindungan kerajaan dan organisasi pengiriman misionaris-misionaris Budha  ke dunia yang dikenal. Kanonpali (tipitaka) secara harfiah berarti “Tiga Keranjang” yang memuat teks-teks rujukan tradisional Budha dan dianggap diturunkan langsung dari sang Budha, diresmikan penggunaannya saat itu. Tipitak itu dari doktrin, peraturan monastik dan ditambah dengan kumpulam filsafat. (Nurliana, 2006 : 8)

Ajaran Budha
            Inti ajaran Budha untuk melepaskan manusia dari samsara itu tersimpul didalam 4 dasar:
1.      Lahir, menjadi tua, sakit dan meninggal itu adalah penderitaan.
2.      Apakah yang menyebabkan penderitaan itu ? penderitaan itu disebabkan oleh hawa nafsu, nafsu manusia untuk hidup, dan mencari kesenangan.
3.      Dapatkah penderitaan itu dihindarkan ? penderitaan akan hilang jika semua nafsu itu dapat dihilangkan.
4.      Bagaimana jalannya untuk melenyapkan penderitaan itu ? Hal ini dapat dicapai dengan menjalani delapan jalan tengah yang diajarkan oleh Budha, yaitu :
1.      Mempunyai pandangan yang benar
2.      Mempunyai niat yang benar
3.      Berbicara benar
4.      Berbuat benar
5.      Mempunyai penghidupan yang benar
6.      Berusaha benar
7.      Mempunyai perhatian yang benar
8.      Memusatkan pikiran dengan benar

Mulai dari Benares Budha mengembangkan ajarannya, masuk desa keluar desa diiringi oleh murd-muridnya. Daerah yang terbanyak didatanginya adalah Magadha dan datarn sungai Gangga. Ajaran Budha mendapatkan reaksi-reaksi yang hebat dari kaum Brahmana, karena Budha menyangkali adanya kasta dalam ajaran masyarakat agama Hindu.  Budha sendiri tidak bermaksud mendirikan mahzab yang baru, ia hanya ingin menunjukan jalan untuk menuj Moksya(keselamatan). Sesudah ia meninggal dunia para pengikutnya meluaskan ajarannya itu ke Ceylon, Birma, Siam, Indo-Cina dan juga sampai ke Indonesia. Penganut ajaran ini tidak boleh membunuh, tidak boleh mencuri, tidak boleh minum-minuman keras, tidak boleh berdusta, harus menaruh belasan kasihan terhadap sesama mahluk. Para ulamanya mencari makan dengan mengemis, harus makan sehari sekali, pada malam hari harus tidur dilantai, kadang-kadang harus berpuasa dan mengheningkan cipta.

Ajaran Budha tak ada yang menyebut-nyebut nama Tuhan. Akan tetapi dewasa inilah ini kita lihat bahwa aliran inipun telah mempunyai Dewa-Dewa. Aliran yang tetap memegang ajaran Budha yang asli disebut oleh pihak lawannya Hinayana. Artinya: kendaraan kecil yang menyatakan bahwa hanya sedikit sekali orang yang dapat mencapai Nirwana, jika mereka berpegang pada pendirian tersebut. pihak lawan ini disebut Mahayana artinya: kendaraan besar. Aliran Mahayana ini percaya akan Dewa-dewa yang berkat pertolongan mereka bisa mencapai puncak Nirwana. Pengikut Budha di India dewasa ini hanya sejumlah yang kecil saja. Hal ini disebabkan oleh para penganutnya-penganutnya banyak melalaikan ajaran agama Budha itu sendiri. Banyak raja-raja India yang melindungi ajaran agama Budha sejak dahulu. Bihara-bihara dibanjiri anugerah-anugerah yang berharga. Ulama-ulamanya banyak yang tidak memperdulikan lagi akan peraturan-peraturan yang diadakan oleh Budha, lalu hidup dalam kesenangan. Mereka lupa akan kewajiban, dan tidak berapa kemudian keadaan itu sama pula dengan halnya kaum Brahmana yang hanya mengingat kepentingan sendiri dan golongannya.

Di daerah-daerah sebelah timur anak benua Hindia (sekarang myanmar), budaya banyak mempengaruhi suku bangsa Mon. Dikatakan suku Mon mulai masuk agama Budha sekitar tahun 200 SM berkat dakwah maharaja Asoka dari India, sebelum perpecahan antara aliran Mahayana dan Hinayana. Candi-candi Budha Mon awal, seperti Peikthano di Myanmar, ditarikh berasal dari abad pertama sampai abad ke 5 M, seni Budha suku Mon terutama dipengaruhi seni India kaum Gupta dan periode pasca Gupta. Gaya manneris mereka menyebar di Asia Tenggara mengikuti ekspansi kerajaan Mon antara abad ke-5 dan abad ke-8. Aliran Theravada meluas dibagian utara Asia Tenggara dibawah pengaruh Mon, sampai diganti bertahap dengan aliran Mahayana sejak abad ke-6.

Kerajaan mon antara abad ke-5 dan abad ke-8 aliran Theravada meluas di bagian utara asia tenggara di bawah pengaruh mon.sampai diganti bertahap dengan aliran Mahayana sejak abad ke-6
Agama budha konon di bawa ke sri lanka oleh putra asoka mahinda dan 6 kawannya semasa abad ke-2 SM, mereka berhasil menarik raja Devanampiva Tissa dan banyak anggota bangsawan masuk agama Buddha. Inilah waktunya kapan wihara mahavihara ,pusat aliran ortodoks singhala di bangun.konon pali mulai di tulis di sri lanka ditulis semasa kekuasaan raja vittagami(memerintah 29-17 sm) dan tradisi Theravada berkembang di sana. Beberapa komentator agama budha juga bermukim di sana seperti buddhaghosa (abad ke-4 sampai ke-5)

Raja baktria yunani Demetrius I dari baktria,menginvasi india pada tahun 180 sm dan sampai sejauh pataliputra,kemudian sebuah kerajaan yunani-india didirikan yang akan lestari di india bagian utara sampai akhir abad pertama sm.agama budha berkembang di bawah naungan raja-raja yunani ,dan pernah di utarakan bahwa maksud mereka menginvasi India adalah untuk menunjukan dukungan mereka terhadap murya dan melindungi para penganut budha dari penindasan kaum sungga(185-73 SM )
Salah satu raja yunani-india yang termasyur adalah raja menander I (yang berkuasa dari fositif atau negatif 160-135 SM).kelihatanya beliau masuk agama budha yang di gambarkan dalam tradisi Mahayana sebagai salah satu sponsor agama ini,sama dengan maharaja asoka atau seorang raja kushan dari masa yang akan datang .raja kaniska koin-koin  menander memuat tulisan”raja penyelamat”dalam bahasa yunani,dan “maharaja darma”dalam aksara kharosti,pertukaran budaya langsung di tunjukan dalam dialog milinda panha antara raja yunani menander I dan sang biksu nagasena pada sekitar tahun 160 SM.setelah mangkatnya .maka demi menghormatinya abu pembakaranya diklaim oleh kota –kota yang dikuasai dan di taruh stupa stupa tempat pemujaanya ,mirip dengan sang budha Gautama. (Asia selatan, tanpa tahun : 83-87)


Berkembangnya aliran Mahayana (abad pertama sampai abad ke-2)
            Berkembangnya agama budha Mahayana dari abad ke 1 SM di iringi dengan perubahan kompleks politik di india barat laut.kerajaan-kerajaan yunani-india ini secara bertahap dapat dikalahkan dan diisimilasi oleh kaum nomad indo-eropa yang berasal dari asia tengah, yaitu kaum schtia india lalu kaum yuenzi yang mendirikan kekaisaran dari kira-kira tahun 12 SM kaum kushan menunjang agama budha dan konsili ke empat budha yang kemudian di buka oleh maharaja kaniskha.pada kira-kira tahun 100 masehi di jalanhar atau Kashmir,peristiwa ini sering kali di asosiasikan dengan munculnya aliran aliran Mahayana secara resmi dan pecahnya aliran ini dengan aliran Theravada .mashab Theravada tidak mengakui keabsahan konsili ini dan sering kali menyebutnya konsili rahib bidaah dari saat itu dan dalam kurun waktu beberapa abad Mahayana berkembang dan menyebar kea rah timur ,dari india ke asia tenggara,lalu juga ke utara asia tengah ,tiongkok,korea,dan akhirnya jepang pada tahun 538. (asia selatan, tanpa tahun : 87)

Kelahiran kembali Theravada (abad ke-11 sampai sekarang)
            Mulai abad ke-11 hancurnya agama budha di anak benua india oleh serbuan islam menyebabkan kemunduran ajaran Mahayana di asia tenggara.rute daratan melalui anak benua india menjadi bahaya .maka arah perjalanan laut langsung diarahkan melalui timur tengah sri lanka dan ke cina,yang menyebabkan di peluknya aliran Theravada palikanon,lalu di perkenalkan di daerah di sekitar .sekitar abad ke-11 dari srilanka. Raja anawrahta (1044-1077) pendiri serah kekaisaran birma ,mempersatukan negara dan memeluk aliran Theravada,dan memulai membangun ribuan candi pagan di ibu kota diantara abad ke -11 dan abad ke-13 . sekitar  2000 di antaranya masih berdiri,kekuasaan orang birma surut dengan kenaikan orang thai.dan dengan di taklukkanya ibu kota pagan oleh orang Mongolia pada 1287 ,tetapi aliran budha Theravada masih merupakan kepercayaan utama rakyat Myanmar sampai hari ini.
            Kepercayaan Theravada juga di peluk oleh kerajaan etnik thai sukhothai sekitar 1260,Theravada lebih jauh menjadi kuat selama masa Ayutthaya (abad ke -14 sampai abad ke-18). Menjadi bagian integral masyarakat thai di daratan asia tenggara,Theravada terus berkembang hingga ke laos dan kamboja sekitar abad ke-13,tetapi mulai abad ke-14 di daerah ujung pesisir dan kepulauan asia tenggara,ternyata pengaruh islam lebih kuat,menyebar ke Malaysia,Indonesia,dan kebanyakan pulau hingga keselatan filifina. (asia selatan, tanpa tahun : 88)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar